Namanya Ketenu, senyumnya semanis madu. Tingginya tidak terlalu tinggi maksudnya tingginya seperti rata-rata tinggi wanita Asia. Rambutnya dipotong ala 'POLEM style' alias poni lempar, disebut poni lempar karena setiap saat poni itu menutupi mukanya, dia selalu menyentakkan lehernya ke belakang, pernah sekali dia berteriak kesakitan karena dia terlalu kuat menyentakkan lehernya hingga dia harus pergi ke tukang urut. Tubuhnya berisi alias agak sedikit gemuk, bukan sedikit, tapi memang gemuk dan semakin hari semakin gemuk. Tapi dia tetap percaya diri dan selalu bergerak lincah kesana kemari. Wajahnya putih mengkilat, maaf kalau kata putih kurang pas untuk menggambarkan warna kulit seseorang, apa lagi kalau harus menggantinya dengan istilah kuning langsat, wajah Ketenu kuning langsat, ah kok mengganjal menyebutnya. Ketenu pernah dengan bangga mengaku kalau dia menggunakan bedak pemutih yang sangat langka yang dia peroleh dari seorang kenalan. Tapi kalau diperhatikan, kulit wajahnya memang mengkilat apa lagi kalau terpantul sinar matahari, akan kontras sekali dengan warna lehernya.
Ketenu bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah keluarga temanku. Dia telah bekerja di sana kurang lebih empat tahun. Sebelumnya dia bekerja mengasuh anak dari tante temanku tapi akhirnya berhenti karena anak tante temanku selalu menangis tak henti jika dia secara tak sengaja memandang muka Ketenu lama-lama. Tugas Ketenu di rumah temanku tidak ada bedanya dengan pembantu rumah tangga kebanyakan. Pagi-pagi setelah bangun dia menyapu lantai dan pekarangan rumah, memasak air dan menanak nasi, dan memasukkan pakaian-pakaian kotor ke dalam mesin cuci serta menjemurnya jika telah selesai. Sebenarnya boleh dikatakana kalau pekerjaan Ketenu tidak seberat pekerjaan pembantu rumah tangga yang lain. Kadang-kadang dia bangun siang dan akhirnya tuan rumah yang melaksanakan tugasnya. Siang hari jika tidak ada pakain yang harus di setrika, dia akan tidur sampai azan Magrib berkumandang, itupun harus dibangunkan dengan cara menarik bantalnya atau menarik lengannya yang besar.
Ada satu hal yang menarik dari Ketenu, walaupun umurnya masih 18 tahun dia telah menjanda dan memiliki seorang anak di desanya. Anak tersebut sekarang dititipkannya dengan ibunya yang seorang janda juga. Ketenu pernah bercerita kalau suaminya menceraikannya karena ibu suaminya merasa malu punya menantu jelek dan miskin seperti dia. Maklumlah ketika masih di desa Ketenu hanya bekerja mengumpulkan biji sawit dari perkebunan yang banyak terdapat di kampungnya. Sebenarnya dia bilang suaminya sangat mencintai dia terlepas dia jelek dan miskin, tapi ibu mertuanya benar-benar tidak mau menerimanya. Hal ini juga yang menjadi alasan buat Ketenu untuk pindah ke kota untuk mencari pekerjaan.
Tapi Ketenu sangat mencintai anaknya. Seusai menerima gaji di akhir bulan, dia selalu mengirim uang ke ibunya lewat sopir truk yang selalu mengambil sawit ke desanya. Kadang di dalam percakapannya di telepon dengan anaknya yang menggunakan bahasa daerah, dia menangis. Dia selalu mengulang pesan kepada anaknya agar rajin belajar dan tidak main ke sungai karena dia pernah cerita dulu anaknya pernah tenggelam di sungai dan Ketenu butuh waktu beberapa menit untuk menyelam mencari anaknya di dasar sungai. Pernah sekali anaknya bercerita kalau dia suka menjaga durian jatuh di kebun orang. Ketenu marah sekali, sehingga mukanya yang mengkilat menjadi kayak udang yang baru tersiram air panas. Dia mengancam kalau anaknya masih menjaga durian dia tidak akan pulang-pulang lagi ke kampung. Saat aku bertanya apa salahnya menjaga durian? kenapa dilarang? Dia langsung menjawabku dengan mata melotot, kalau anak saya sampai tertimpa durian runtuh terus luka terus mati bagaimana? Dalam hitungan detik aku langsung berubah pikiran dan mendukung dia untuk melarang anaknya menjaga durian.
Suatu hari aku menjumpai Ketenu di rumah temanku sedang menangis sejadi-jadinya. Setelah ditanya kenapa, dia mejawab kalau ibunya baru saja menelepon dan memberitahu anak kerbau yang baru saja dia beli sehabis lebaran sedang sakit dan tidak mau makan. Pertama aku agak susah juga mengerti mengapa dia sebegitu sedihnya. Tapi aku mengerti setelah dia bilang kalau dia tidak mungkin berpisah dari anaknya dan bekerja jadi pembantu rumah tangga selamanya. Dia ingin segera pulang kampung dan beternak kerbau saja. Makanya dia sedih soalnya dia baru mampu beli 1 kerbau kecil sakit pula. Dia bilang dia tidak bisa mengandalkan siapa-siapa lagi untuk bertahan hidup. Dia selalu bertanya kepadaku, siapa yang akan membiayai anaknya sampai bisa mandiri nanti? dan dari mana dia bisa memperoleh uang jika dia tidak bekerja? Pertanyaan-pertanyaan itu dengan gampang bisa aku jawab hanya aku malas menjawabnya karena aku tidak suka dengan jawabanku.
Ketenu cuma perempuan muda biasa yang mempunyai keinginan utnk menikmati masa muda. Suatu saat dia minta ijin untuk pulang kampung karena sepupunya menikah. Sebelum dia berangkat dengan menggunakan bis antar kota, dia bercerita tentang rencana-rencana dia. Dia memasang strategi sebelum tiba di rumah dia akan turun di pasar di kampungnya. Dia akan masuk salon untuk memoles wajahnya secantik-cantiknya. Dia juga sudah menyiapkan kacamata hitam yang lebih pantas disebut kacamuka karena kacanya besar-besar. Tidak lupa dia meminjam rambut palsu milik nyonya rumah yang sudah tidak terpakai. Kami semua benar-benar tidak mengerti mengapa dia punya rencana secanggih itu atau mungkin lebih tepatnya seaneh itu. Dengan sederhana dia menjawab, saya tidak ingin anak saya malu kalau ibunya kelihatan jelek, sudahlah jelek tidak dandan lagi. Saya juga ingin orang tahu kalau saya baik-baik saja walaupun saya bekerja sebagai pembantu rumahtangga. Dia ingin orang sekampungnya terkagum-kagum melihatnya. Kontan saja setelah mendengar jawabannya kami yang mendengarnya langsung mengeluarkan uang dan memberikan kepadanya. Kami bilang buat tambahan nanti kalau mau ke salon.
Mungkin tidak ada yang menarik dari Ketenu. Dia hanya perempuan biasa yang harus bertahan hidup dengan menjadi pembantu rumahtangga. Tapi justru karena dia manusia biasa dia juga seperti kita yang punya mimpi-mimpi tentang kebahagiaan. Meskipun kebanyakan hal-hal yang dia impikan kedengaran sangat sederhana, norak, atau murahan jika dibandingkan dengan hal-hal yang kita impikan, tetap saja itu sudah bisa membuat Ketenu bahagia. (LT)
Ha ha ha, tenu tenu....
ReplyDeleteKetenu tinggal dekat rumah abg ky hehe
ReplyDelete