Translate

08 August, 2009

mengapa tidak kau tutup saja mata cemoohmu yang selalu memandang seperti seonggok kotoran kau lupa bahwa kotoran itu yang selalu kau makan kau kejar kejar siang dan malam aku tidak pernah mengadilimu untuk bilang sesuatu itu salah

30 July, 2009

Kucing

Kehidupan Fauzan yang memang sangat sederhana. Ayahnya adalah tenaga honor yang bekerja sebagai pelayan sekolah. Janji kepala sekolah yang akan membantunya agar bisa diangkat menjadi pegawai negeri diucapkan 15 tahun yang lalu, bahkan sebelum fauzan dan adiknya Dewi lahir. Namun kenyataannya hingga kini Ayah Fauzan tetap menjadi tenaga honor hingga fauzan masuk SMP tahun ini. Ibu Fauzan yang tidak bekerja hanya sesekali menerima upah jahitan dari tetangga. TIdak banyak jahitan yang bisa diterima karena kondisi mesin jahit ibu Fauzan lebih sering rusaknya dari pada baiknya. Maklumlah, mesin itupun sebenarnya peninggalan dari nenek ibu Fauzan yang dibuat pada masa penjajahan Belanda. Terkadang Fauzan merasa kalau kalimat bijak yang menyatakan bahwa 'hidup itu seperti roda berputar, kadang di atas, kadang dibawah' kurang tepat baginya dan keluarganya. Dia merasa kalau hidupnya adalah roda yang berjalan di atas jalan yang sangat licin. Karena jalan terlalu licin, rodanya jarang berputar, sehingga bagian bawah tetap di bawah dan tidak berputar ke atas. Meski demikian, kehidupan keluarga Fauzan berjalan bahagia. Memang karena kebahagiaan itu relatif sifatnya, jadi merekapun merasa bahagia dengan apa yang mereka miliki.

Setiap hari Fauzan dan Dewi menumpang ayah mereka yang membonceng sepeda motor butut bantuan dari sekolah untuk pergi ke sekolah mereka masing-masing. Fauzan diantar terlebih dahulu karena Dewi bersekolah di SD tempat ayah mereka bekerja. Fauzan mempunyai seorang teman wanita yang sangat baik kepadanya. Namanya Pipit. Pipit adalah gadis manis putri seorang juragan semen. Persahabatan mereka dimulai saat mereka harus duduk sebangku awal pertama masuk SMP. Walaupun Pipit adalah anak orang berada dan pintar, dia tidak sungkan-sungkan untuk berteman dengan Fauzan. Walau mereka baru sebulan berteman, tapi mereka sangat akrab.

Suatu hari Pipit mengundang Fauzan untuk makan malam bersama keluarganya di restoran mahal. Awalnya Fauzan menolak undangan tersebut karena merasa sungkan. Tapi Pipit setengah memaksanya dan bilang kalau papa dan mamanya ingin sekali bertemu dengan Fauzan. Akhirnya Fauzanpun menyetujuinya. Sesampai dirumah, Fauzan langsung bercerita kepada ibunya tentang undangan tersebut. Ibunya langsung menyiapkan pakaian terbaik yang Fauzan punya, sebuah kemeja kotak-kotak coklat dan celana panjang hitam yang dibeli sebelum lebaran dua tahun lalu. Lebaran tahun ini Fauzan tidak beli baju baru.

Pukul setengah tujuh petang Fauzan telah bersiap di depan teras rumahnya. Pakainnya rapi, rambutnya licin mengkilat terkena cahaya lampu. Akhirnya sebuah mobil jenis sedan berhenti di depan rumahnya. Fauzanpun naik ke sedan itu. Tidak banyak percakapan yang terjadi antara Fauzan dan keluarga Pipit di sedan karena restoran yang dituju tidak jauh dari tempat tinggal mereka.

Tibalah mereka di sebuah restoran mewah yang dihiasi dengan lampu-lampu berwarna-warni. Seorang pelayan mengantar Fauzan dan Pipit sekeluarga ke meja yang telah dipesan sebelumnya. Fauzan duduk berdampingan dengan Pipit yang tampak cantik malam itu, berhadapan dengan papa dan mama Pipit. Berbagai macam makananpun mengalir tak henti. Fauzan merasa perutnya mau meledak karena kekenyangan, tapi papa dan mamam Pipit selalu memaksanya untuk tambah dan tambah lagi. Fauzan merasa sangat heran, baik Pipit, papa, dan mamanya hanya makan sedikit sekali. Ikan bakar dan ayam panggang yang dipesan nyaris tidak mereka sentuh. Banyak sekali makanan yang tersisa di meja mereka.

Memang Fauzan anak yang baik, setelah semua berhenti makan karena kekenyangan, Fauzan teringat dengan Dewi, ayah, dan ibunya dirumah. Fauzan pikir alangkah senangnya mereka jika dia membawa makanan-makanan yang jarang mereka makan ini ke rumah. Tapi Fauzan terlalu malu untuk jujur ke keluarga Pipit. Akhirnya akal jitu muncul di pikiran Fauzan. Dia membisikkan sesuatu kepada Pipit dan Pipitpun mengangguk senang. Setelah itu Pipit langsung bicara kepada papa dan mamanya. Pipit bilang kalau Fauzan minta ijin untuk membawa pulang makanan-makan di meja untuk diberikan kepada dua ekor kucing yang dipelihara Fauzan. Orangtua Pipit langsung menggangguk memberi ijin. Papa Pipitpun langsung memanggil seorang pelayan restoran untuk membungkus semua sisa makanan yang mereka pesan dan juga meminta pelayan tersebut untuk menambahnya dengan sisa-sisa makanan lain yang ada di restoran itu. Fauzan merasa mukanya menjadi panas, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak lama kemudian, pelayan restoran itu muncul kembali dengan satu kantong plastik besar sisa-sisa makanan yang ada di restoran itu yang digabung menjadi satu dan diberikan kepada Fauzan. Fauzan merasa ingin segera sampai di rumah.

21 July, 2009

Saya Bisa Naik Kereta





Mungkin bagi kita yang diberi penglihatan sempurna, tidak ada yang istimewa dengan jalur khusus ini. Jalur ini sengaja dibuat berbeda dengan permukaaan yang lebih menonjol dan kasar dibandingkan dengan lantai pada umumnya. Yang jelas, jika kita menginjak jalur ini, kita bisa merasakan permukaannya yang kasar dan berbeda dengan lantai pada umumny. Jalur ini sederhana saja buat kita tapi bagi mereka yang hanya ditemani kegelapan sepanjang hidupnya, jalur ini menjadi begitu berarti untuk membantu mereka agar tetap bisa menikmati fasilitas umum, untuk naik turun tangga, membeli tiket kereta dan naik kereta tanpa harus tergantung orang lain. Mereka jadi bisa mandiri. Jalur khusus ini tidak hanya ditemui di stasiun kereta api, tapi juga di tempat-tempat umum lain. Selalu merasa senang melihatnya.

04 July, 2009

Mimpi-Mimpi Ketenu 2

Hari ini aku bertemu Ketenu. Dia sedang menjemur pakaian di belakang rumah yang berpanggung lebar dikelilingi hamparan kolam kangkung. Tidak seperti biasanya dia hanya memandangku sekilas dan memanggilku ala kadarnya. Akupun tidak ingin tahu lebih jauh dan sibuk membaca koran yang penuh dengan iklan kampanye pemilihan presiden, hingga aku bingung berita apa yang bisa aku baca hari ini. Ketenu akhirnya selesai dengan tugasnya menjemur pakaian. Dia tetap diam dan pipinya yang seperti mau 'tumpah' semakin bulat karena dia menutup mulutnya rapat-rapat dengan tegas seperti orang yang sedang berusaha menahan rasa sakit atau takut.
Akhirnya dia menawarkanku segelas teh dengan setengah terpaksa. Aku tidak bisa menahan rasa penasaranku, kutanya dia hati-hati. Kutanya mengapa dia seperti orang yang sedang khawatir dan bingung. Awalnya dia bilang tidak ada apa-apa. Akupun tidak memaksa. Tapi tidak lama setelah menghidangkan teh manis untukku tiba-tiba tangisnya pecah. Dia menangis sambil mulai mencuci piring sambil sesekali menyeka matanya dengan celemeknya yang aku yakin awalnya berwarna putih tapi sudah berubah menjadi abu-abu. Bingung tapi geli juga melihat pemandangan itu. Pelan-pelan sambil tersedu dia mulai bercerita. Dia bilang beberapa hari yang lalu dia berkenalan dengan seorang laki-laki lewat handphone. Awalnya dia iseng menekan nomor telepon kemudian dia menghubungi nomor tersebut. Sebelum diangkat Ketenu tutup telepon itu. Aku langsung menyela, kok dia bisa-bisanya melakukan itu, dengan entengnya dia menjawab, iseng-iseng berhadiah. Aku tidak terlalu mengerti tapi tetap menganggukkan kepala agar dia segera melanjutkan ceritanya. Akhirnya orang yang dia telepon itu meneleponnya kembali.
Mulai saat itu si laki-laki suka menghubungi Ketenu baik menelepon atau lewat pesan. Ketika aku bertanya mengapa Ketenu meladeni laki-laki tersebut lagi-lagi dia memberi jawaban polos yang membuatku sedikit kesal, dia hanya bilang "Suaranya bagus, kayaknya orangnya ganteng, Bang, dia juga bilang suaraku merdu sekali kalau ditelepon, pasti aku cantik, gitu Bang". Aku jadi ingin minum dua gelas teh lagi mendengarnya. Lalu aku balas, "kalau demikian apa masalahnya, kan kalian sama-sama ganteng dan cantik." Sontak pipi Ketenu kembali mau 'tumpah'. "Abang menghina saya ya? mentang-mentang saya jelek." "Bukan begitu, lantas apa masalahnya? kan kalian sama-sama tertarik, ya nggak apa-apa," jawabku. Ketenu mulai menangis lagi dan dengan terisak-isak dia bilang, "Dia sudah punya istri Bang, anaknya sudah tiga, dia tinggal di kampung, dia di sini kerja jadi sopir truk, saya nggak mau mengganggu keluarga orang." Baru aku mengerti masalahnya, tapi tetap saja aku tidak terlalu mengerti mengapa Ketenu begitu khawatir. "Ya kalau begitu kamu tinggal memberitahu laki-laki itu baik-baik kalau kamu tidak mau diganggu lagi dan kamu tidak mau merusak rumahtangganya," nasehatku. Tangisnya semakin nyaring, "Masalahnya saya sudah memberitahu alamat rumah Bapak di sini Bang, tadi malam dia sudah datang, tapi pagar saya kunci dan tidak saya buka, untungnya bapak sama ibu sedang tidak ada di rumah, saya lihat dari balik jendela orangnya seram Bang, tinggi besar berewokan, dan nanti malam dia bilang mau kesini lagi, matilah saya Bang, bagaimana kalau sampai bapak tahu, saya bisa dipecat,"Ketenu mulai menangis histeris sambil menutup mukanya dengan celemeknya. Aku pelan-pelan menaruh gelas tehku ke atas meja siap-siap untuk kabur karena aku bingung harus bilang apa lagi. Aku sempat terpikir untuk membantu Ketenu dengan menjelaskn ke pada laki-laki itu nanti malam. Tapi mengingat ciri-ciri fisik yang digambarkan oleh Ketenu secepat mungkin aku menghapus ideku yang sangat mengerikan itu. Akhirnya aku menyarankan Ketenu untuk bicara jujur kepada majikannya agar majikannya bisa langsung bicara dengan laki-laki tersebut. Awalnya Ketenu ragu dengan saranku itu, tapi akhirnya dia setuju juga karena dia sudah tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan.
Singkat cerita, laki-laki yang mencari Ketenu itupun datang ke rumah majikan Ketenu dan majikan Ketenu mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Lak-laki itu akhirnya pamit pulang dan berjanji tidak akan menggangu Ketenu lagi. Kami yang mencuri dengar dari kamar Ketenu dapat bernafas dengan lega.
Keesokan harinya aku kembali mampir ke rumah temanku itu dan seperti biasa aku menyempatkan diriku melongok ke dapur dan menyapa Ketenu yang sedang bersenandung dangdut dengan girangnya. Karena penasaran akupun bertanya padanya kenapa dia begitu gembira. Dengan polos dan gembiranya dia menjawab. "Bang, Tenu baru kenalan sama cowok lewat telepon Bang, suaranya bagus bang, kayak suara abang," Ketenu menutup kalimatnya dengan tawa cekikikan. Tanpa sadar aku membiarkan mulutku ternganga untuk beberapa menit setelah itu. (LT)

Willemsweg, 28-5, Nijmegen 6531 DL, Netherlands

dan malampun menjemput pagi


mimpi panjang hampir usai

ku pandangi setiap sudut

memang harus pergi
sekian lama menemani

mengerti semua duka

tersenyum di kala suka

simpan saja ceritaku

kabarkan kepada yang akan datang

bahwa semua adalah anugerah

terima kasih untuk semuanya sayang..

( 00'31AM, 4th of July, 2009, the last night 

in Nijmegen)

 

 

03 July, 2009

perahu kecil hampir tiba di tepi

teriakan ombak terdengar sayup tak sabar bertemu

letih dan lelah berlayar sebentar tak lama lagi usai


24 June, 2009

sekalipun matahari lupa terbit besok aku akan tetap bersiap-siap menyambut hangat sinarnya

23 June, 2009

Pesan Ayah

Tebarkanlah jalamu di laut harapan nak

Kaislah rejekimu di tanah Tuhan

Tapi ingat pesan ayah

Jangan sampai kau sembah apa yang telah kau raih

Hingga butakan mata hatimu

Tentang arti bahagia

20 June, 2009

bunga

tangkainya mengering

kelopaknya luruh

angin bawa terbang sejenak

beri kesenangan terakhir menyaksikan fana dunia

lewat mata yang sudah terlalu lelah karena terlalu beri senyum keindahan

sebelum hancur diterpa hujan

sirna tanpa jejak kenangan





dia dan selaindia

Aku dipanggil cinta oleh dia

Aku tidak apa-apa

Mungkin karena aku suka

Aku dipanggil cinta oleh selaindia

Aku suka juga

Tapi aku tidak terlalu memikirkannya

Tapi selaindia merasa lara

Selaindia bilang aku membedakannya dan tidak melihat ketulusannya

Aku baru merasa

Selaindia benar juga

Aku lebih menimbang dia

Mengapa?

Dia tidak pernah benar benar mengerti cinta

Dia hanya membawa luka

Dia tidak berharap aku bahagia

Duhai selaindia

Aku salah rupanya

Masih mau memanggil aku cinta?

Mimpi-Mimpi Ketenu 1

Namanya Ketenu, senyumnya semanis madu. Tingginya tidak terlalu tinggi maksudnya tingginya seperti rata-rata tinggi wanita Asia. Rambutnya dipotong ala 'POLEM style' alias poni lempar, disebut poni lempar karena setiap saat poni itu menutupi mukanya, dia selalu menyentakkan lehernya ke belakang, pernah sekali dia berteriak kesakitan karena dia terlalu kuat menyentakkan lehernya hingga dia harus pergi ke tukang urut. Tubuhnya berisi alias agak sedikit gemuk, bukan sedikit, tapi memang gemuk dan semakin hari semakin gemuk. Tapi dia tetap percaya diri dan selalu bergerak lincah kesana kemari. Wajahnya putih mengkilat, maaf kalau kata putih kurang pas untuk menggambarkan warna kulit seseorang, apa lagi kalau harus menggantinya dengan istilah kuning langsat, wajah Ketenu kuning langsat, ah kok mengganjal menyebutnya. Ketenu pernah dengan bangga mengaku kalau dia menggunakan bedak pemutih yang sangat langka yang dia peroleh dari seorang kenalan. Tapi kalau diperhatikan, kulit wajahnya memang mengkilat apa lagi kalau terpantul sinar matahari, akan kontras sekali dengan warna lehernya.

Ketenu bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah keluarga temanku. Dia telah bekerja di sana kurang lebih empat tahun. Sebelumnya dia bekerja mengasuh anak dari tante temanku tapi akhirnya berhenti karena anak tante temanku selalu menangis tak henti jika dia secara tak sengaja memandang muka Ketenu lama-lama. Tugas Ketenu di rumah temanku tidak ada bedanya dengan pembantu rumah tangga kebanyakan. Pagi-pagi setelah bangun dia menyapu lantai dan pekarangan rumah, memasak air dan menanak nasi, dan memasukkan pakaian-pakaian kotor ke dalam mesin cuci serta menjemurnya jika telah selesai. Sebenarnya boleh dikatakana kalau pekerjaan Ketenu tidak seberat pekerjaan pembantu rumah tangga yang lain. Kadang-kadang dia bangun siang dan akhirnya tuan rumah yang melaksanakan tugasnya. Siang hari jika tidak ada pakain yang harus di setrika, dia akan tidur sampai azan Magrib berkumandang, itupun harus dibangunkan dengan cara menarik bantalnya atau menarik lengannya yang besar.

Ada satu hal yang menarik dari Ketenu, walaupun umurnya masih 18 tahun dia telah menjanda dan memiliki seorang anak di desanya. Anak tersebut sekarang dititipkannya dengan ibunya yang seorang janda juga. Ketenu pernah bercerita kalau suaminya menceraikannya karena ibu suaminya merasa malu punya menantu jelek dan miskin seperti dia. Maklumlah ketika masih di desa Ketenu hanya bekerja mengumpulkan biji sawit dari perkebunan yang banyak terdapat di kampungnya. Sebenarnya dia bilang suaminya sangat mencintai dia terlepas dia jelek dan miskin, tapi ibu mertuanya benar-benar tidak mau menerimanya. Hal ini juga yang menjadi alasan buat Ketenu untuk pindah ke kota untuk mencari pekerjaan.

Tapi Ketenu sangat mencintai anaknya. Seusai menerima gaji di akhir bulan, dia selalu mengirim uang ke ibunya lewat sopir truk yang selalu mengambil sawit ke desanya. Kadang di dalam percakapannya di telepon dengan anaknya yang menggunakan bahasa daerah, dia menangis. Dia selalu mengulang pesan kepada anaknya agar rajin belajar dan tidak main ke sungai karena dia pernah cerita dulu anaknya pernah tenggelam di sungai dan Ketenu butuh waktu beberapa menit untuk menyelam mencari anaknya di dasar sungai. Pernah sekali anaknya bercerita kalau dia suka menjaga durian jatuh di kebun orang. Ketenu marah sekali, sehingga mukanya yang mengkilat menjadi kayak udang yang baru tersiram air panas. Dia mengancam kalau anaknya masih menjaga durian dia tidak akan pulang-pulang lagi ke kampung. Saat aku bertanya apa salahnya menjaga durian? kenapa dilarang? Dia langsung menjawabku dengan mata melotot, kalau anak saya sampai tertimpa durian runtuh terus luka terus mati bagaimana? Dalam hitungan detik aku langsung berubah pikiran dan mendukung dia untuk melarang anaknya menjaga durian.

Suatu hari aku menjumpai Ketenu di rumah temanku sedang menangis sejadi-jadinya. Setelah ditanya kenapa, dia mejawab kalau ibunya baru saja menelepon dan memberitahu anak kerbau yang baru saja dia beli sehabis lebaran sedang sakit dan tidak mau makan. Pertama aku agak susah juga mengerti mengapa dia sebegitu sedihnya. Tapi aku mengerti setelah dia bilang kalau dia tidak mungkin berpisah dari anaknya dan bekerja jadi pembantu rumah tangga selamanya. Dia ingin segera pulang kampung dan beternak kerbau saja. Makanya dia sedih soalnya dia baru mampu beli 1 kerbau kecil sakit pula. Dia bilang dia tidak bisa mengandalkan siapa-siapa lagi untuk bertahan hidup. Dia selalu bertanya kepadaku, siapa yang akan membiayai anaknya sampai bisa mandiri nanti? dan dari mana dia bisa memperoleh uang jika dia tidak bekerja? Pertanyaan-pertanyaan itu dengan gampang bisa aku jawab hanya aku malas menjawabnya karena aku tidak suka dengan jawabanku.

Ketenu cuma perempuan muda biasa yang mempunyai keinginan utnk menikmati masa muda. Suatu saat dia minta ijin untuk pulang kampung karena sepupunya menikah. Sebelum dia berangkat dengan menggunakan bis antar kota, dia bercerita tentang rencana-rencana dia. Dia memasang strategi sebelum tiba di rumah dia akan turun di pasar di kampungnya. Dia akan masuk salon untuk memoles wajahnya secantik-cantiknya. Dia juga sudah menyiapkan kacamata hitam yang lebih pantas disebut kacamuka karena kacanya besar-besar. Tidak lupa dia meminjam rambut palsu milik nyonya rumah yang sudah tidak terpakai. Kami semua benar-benar tidak mengerti mengapa dia punya rencana secanggih itu atau mungkin lebih tepatnya seaneh itu. Dengan sederhana dia menjawab, saya tidak ingin anak saya malu kalau ibunya kelihatan jelek, sudahlah jelek tidak dandan lagi. Saya juga ingin orang tahu kalau saya baik-baik saja walaupun saya bekerja sebagai pembantu rumahtangga. Dia ingin orang sekampungnya terkagum-kagum melihatnya. Kontan saja setelah mendengar jawabannya kami yang mendengarnya langsung mengeluarkan uang dan memberikan kepadanya. Kami bilang buat tambahan nanti kalau mau ke salon.

Mungkin tidak ada yang menarik dari Ketenu. Dia hanya perempuan biasa yang harus bertahan hidup dengan menjadi pembantu rumahtangga. Tapi justru karena dia manusia biasa dia juga seperti kita yang punya mimpi-mimpi tentang kebahagiaan. Meskipun kebanyakan hal-hal yang dia impikan kedengaran sangat sederhana, norak, atau murahan jika dibandingkan dengan hal-hal yang kita impikan, tetap saja itu sudah bisa membuat Ketenu bahagia. (LT)

berkat negeri tekad hati semangat bakti

19 June, 2009

Sepatuku

aku sedih

aku dengar engkau ingin mencampakkanku

kemana lagi aku harus pergi

aku tidak punya siapa-siapa disini

aku bingung

satu tahun aku menghangatkan tapak kakimu dari dinginnya tatapan mata asing

yang memandangmu dan kasarnya jalan sepi yang harus kau tempuh


aku tidak mahal

tapi aku sanggup menghiburmu di saat engkau menangisi kampung halamanmu dalam

kesendirianmu

aku juga sanggup menahan pedih teronggok di pojok kamar di saat kau mengabaikanku ketika kau

bersukacita


aku tidak indah

tapi aku sanggup tampil membelamu di saat engkau disudutkan oleh kenyataan pahit sekelilingmu yang tidak bisa

kau ubah

dan aku sanggup berlari sekencang mungkin untuk membantumu merebut impianmu


aku bahagia

di saat engkau tertawa menggengam keberhasilanmu

dan di saat engkau tersenyum membayangkan wajah wajah yang akan kau temui sebentar lagi


aku tidak minta apa-apa,

jika engkau tidak suka lagi denganku, aku akan terima

tapi tolong bawa diriku pulang,

berikan aku kesempatan paling tidak untuk sekali lagi membuat seseorang tersenyum nyaman karena

memakai ku

18 June, 2009

Orang menyebutnya pohon kemuning, kemuni, atau kamuning. Perdu liar yang bisa tmbuh di semak belukar, tepi hutan, atau halaman rumah.Tidak ada yang istimwa dengan pohon ini dibandingkan pohon lain. Nmn terkdng bagi segelintir mahluk Tuhan, kerindangan dan keteduhan yang diberikannya bs mnjadi sgt berarti di tengah panasnya padang gersang yg slalu membuat dahaga. Smoga aku masih bs tetap merasa butuh teduh dan rindang

Lantai 16

Suatu siang matahari seolah-olah mau membakar rambutku yang mulai tipis. Akhirnya aku tiba di rumah susun yang sudah empat tahun ini aku tinggalkan. Aku bekerja di Arab Saudi sebagai pembantu rumah tangga, suamiku hanya seorang pelukis yang lukisannya hanya pernah dibeli sekali. Tapi dia tidak pernah berhenti melukis. Tapi aku tidak peduli, aku tetap mencintai dia. Dia tidak tahu aku pulang hari ini, aku ingin memberikan kejutan. Sebenarnya kontrak kerjaku berakhir tahun depan. Tapi aku tidak tahan lagi kerja lama-lama disana, aku kabur saja. Aku harus menggugurkan kandunganku dua kali karena majikanku seperti kucing lapar melihat ikan segar setiap melihatku. Mungkin kedengarannya gampang sekali aku bercerita tentang gugur mengugur ini, tapi bagiku dan teman-temanku yang lain hal itu sudah biasa. Bahkan ada temanku yang empat kali menggugurkan kandungannya. Ah sudahlah, aku akan tutup rahasia ini rapat-rapat dari suamiku. Yang penting aku sudah pulang dan ingin memulai hidup di negaraku saja. Walau harus bekerja keras dan hidup sederhana, aku bisa selalu bersama dengan suamiku tercinta.

Tidak ada yang berubah dengan kondisi rumah susun ini, masih dengan cat warna abu-abu yang membuat rumah susun ini seperti baru saja dihajar oleh awan panas gunung Semeru yang tiba tiba hobi meletus. Aku seret koperku yang hanya punya satu roda, satu roda lagi lepas tersangkut di pintu kereta. Akhirnya aku masuk ke satu satu lift yang ada di rumah susun ini. Aku dan suamiku tinggal dilantai 16. Lega sekali berada di lift ini sendiri sambil membayangkan tidak lama lagi aku bertemu dengan suamiku yang pasti bertambah tua. Baru saja pintu lift bergerak menutup, tiba- tiba ada seorang perempuan berteriak, “Maaf, tolong tunggu saya!” Kutekan tombol pembuka agar dia masih sempat masuk. Seorang perempuan berbadan besar, setengah baya masuk ke dalam lift. Lipstiknya berwarna merah darah dipoles sampai ke bawah dan atas bibir. Kacamata hitam bertengger di rambutnya yang keriting, Baju dan celananya berwarna kuning ketat dengan tas pinggang hitam melingkari pinggangnya yang bisa jadi tiga kali ukuran pinggangku. Dia menyeret satu bungkusan besar yang membuat aku penasaran ingin tahu apa isinya. “Makasih ya Dik.” katanya. Aku hanya menjawab dengan senyuman masam. “Tunggu ya Dik, barang saya masih ada di luar,” teriaknya setelah meletakkan bungkusan pertama di lantai lift dan kembali tergopoh-gopoh keluar. Ingin rasanya aku tutup saja pintu lift ini tapi mau gimana lagi, lift ini bukan punyaku. Akhirnya setelah empat kali bolak balik, perempuan itu menutup pintu lift sambil menyeka keringatnya mengingatkanku dengan bau cuka masak yang telah lama tidak pernah tercium olehku. Kuangkat tas tanganku tinggi-tinggi karena tubuhku sudah tertimbun dengan bungkusan-bungkusan wanita itu yang entah apa isinya. Rasanya kakiku terhimpit salah satu bungkusannya, aku sudah tidak bisa bergerak lagi karena lift kecil ini sudah penuh sesak dengan bungkusan-bungksan itu dan tubuh pemiliknya. Sebelum dia mengeluarkan kaca dan lipstiknya dia sempat menekan tombol lantai 16 yang sudah aku tekan sebelumnya. Dalam hati aku berdoa, semoga dia tidak tinggal bersebelahan atau berhadapan dengan tempat tinggal kami.

Akhirnya kami tiba di lantai 16 dan pintu lift pun terbuka. Kamarku persis berada di depan lift. Kegembiraanku kembali membuncah membayangkan betapa senangnya suamiku melihat kedatanganku. Tidak aku pedulikan lagi kekesalanku dengan si menor yang bukannya mulai mengeluarkan bungkusan-bungkusannya tapi malah berusaha berteriak nyaring dengan suara cempreng yang mirip suara angsa. ”Sayang, bantuin dong, berat nih, mama baru saja mengambil barang kreditan untuk dijual besok, buruan sayang.” Aku masih terkurung di lift karena bungkusan bungkusan itu belum dikeluarkan, tapi tidak apa-apalah, aku tunggu saja sambil menikmati debaran jantungku yang berdegup lebih kencang. Aku mendengar suara sendal diseret tergopoh-gopoh menuju ke arah kami dan si perempuan langsung berseru manja, “Buruan sayang, mama capek banget nih, sampai harus nyewa angkot bawa barang segini banyak.” Dari sela-sela bungkusan aku melihat suamiku yang sudah beruban mendekati pintu lift, memberikan kecupan ke kening perempuan lalu menuju pintu lift sembari berkata, “Iya Ma, papa lagi nyelesain lukisan mama yang mama minta, cantik deh Ma, kok banyak banget Ma bungkusannya.” Setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi, keburu rebah di bungkusan-bungkusan yang ada di depanku. LT

Ayahku Ulang Tahun

hari ini penting

ayahku ulang tahun

aku dan ibu sudah bersiap siap

sepulang sekolah, di saat ayah pergi bekerja

kami persiapkan semua

dari kue tar, ayam panggang, sampai sambal terasi kesukaan ayah

kamipun menunggu lama sampai larut,

ibu tidak berhenti ngomel karena ayah belum pulang juga

jam sembilan malam akhirnya ayah pulang,

mukanya sedih, bajunya berdebu dan basah,

ayah kenapa? kok jalan kaki? kutanya hati-hati

sambil tersenyum pahit ayah menjawab,

ayah tidak apa-apa nak,

cuma mulai besok kamu ke sekolah naik bis dulu ya nak,

motor ayah mana? tanya ibu gusar

ayah jual Bu, bisik ayah

mengapa dijual? ibu setengah berteriak sambil terbelalak

ayah mejawab ibu denganl merogoh saku celana depannya

ini semua hasil penjualan motor kita,

mudah-mudahan cukup sampai ayah dapat kerjaan baru

kupeluk ayahku erat-erat sambil berbisik

ayah, selamat ulang tahun ya...

diriku

Dulu,

aku ingin sekali jadi polisi

tapi tidak jadi, soalnya aku lihat banyak polisi mati saat bertugas

aku berubah ingin menjadi guru,

tapi tidak jadi juga, guru gajinya kecil

mungkin jadi dokter aja lebih bagus,

tapi aku takut darah

akhirnya aku putuskan jadi diriku saja

kalaupun aku jadi polisi, diriku tidak takut mati

kalaupun aku jadi guru, diriku tidak mau gila harta

kalaupun aku jadi dokter, diriku tidak takut darah

jadi, diriku adalah profesi yang paling cocok buatku

17 June, 2009

masalah

walau deraknya menjauh,

debunya masih terasa sebelum tiba,

songsong saja,

toh akhirnya lewat juga,

biarkan nanar hati yang berkesudahan...

Pulang

pejamlah rapat-rapat
berharap mentari tergopoh menghampiri
bawa kabar gembira
tapi malam terlalu rajin
selalu datang menjanjikan mimpi
ah.. masih lama rupanya

Kasian Hujan

Kasian Hujan


Kasian hujan
gak turun kena marah
turun banyak kena sumpah
mau sedikit
mau banyak
ah.. gak puas puas
maaf ya jan..

Ombaknya Besar

Ombaknya Besar

Anak anak bermain di pantai
Ombaknya besar

Nelayan tidak melaut
Ombaknya besar

Kapalnya karam
Ombaknya besar

Aku takut laut
Ombaknya besar

Aku tidak berani berenang
Ombaknya besar

Aku memang tidak bisa berenang
ombaknya besar

tidak apa apalah tidak bisa berenang
toh ombaknya besar :) :) :)

Cermin

ayo Bu, kita kumpulkan pecahan-pecahannya,
ah tidak usah Nak, nanti kita beli yang baru,

tapi sayang Bu, kan masih bisa kita satukan kembali,

betul Nak, tapi pantulannya sudah tidak sempurna,

tidak apa-apa Bu, bukannya kita memang seperti pantulannya?

cuma kita sering lupa ya Bu

30 January, 2009

Let Me Hold Your Hand

Little girl and her father were crossing a bridge. The father was kind of scared so he asked his little daughter, sweetheart, please hold my hand so that you don't fall into the river."The little girl said, "No, Dad. You hold my hand.""What's the difference?" Asked the puzzled father."There's a big difference," replied the little girl. "If I hold your hand and something happens to me, chances are that I may let your hand go. But if you hold my hand, I know for sure that no matter what happens, you will never let my hand go."In any relationship, the essence of trust is not in its bind, but in its bond. So hold the hand of the person whom you love rather than expecting them to hold ours... This story is too short.......... but carries a lot of feeling !

28 January, 2009

Thank You

Do you ever think that what is in your hand now is probably the best for you at this moment? We mostly complain saying that we never get what we want or this is not actually what we want. why do we keep demanding too much while we actually have got more than others? It is good to keep your dream on to come true one day, but it does not mean that you should not be grateful with what you have now. Do you know that you are much luckier than others?

26 January, 2009

Something about changing

Once there was a woman who lost her husband suffering cancer. She got stressed coz she felt that it was just to hard for her. Not long after that she was told by the doctor that her baby was diagnosed with the same desease as her husband. Some days after that, when a doctor came to visit her, he saw the woman was sitting on the chair with her dead baby, smiling and saying " It's okay Doc, now I can let her go too"

What we can learn is that, the woman just simply changes the way she thinks. She just said that the moment when she just can not change anything bad that comes to her, that's the time she must change herself, It's because that's the only thing that she can change which is "change herrself". It sounds so simple but it is surely hard, but still, that's the only thing you can change (yourself).

23 January, 2009

You Choose but You May Loose

People always say that you can do or choose what's best for you. Do you think that it always works that way? What if the thing you are willing so much just never comes to you? What if thing that actually you don't really want but it's just still okayt for you just comes by anytime? Will you take the chance? It's not what you want but it's still good for you. What would you do?