Hari ini Rabu, tanggal 12 bulan 12 tahun 2012. Tanpa bermaksud ikut-ikutan orang lain yang sengaja melakukan hal penting, aku merasa harus ada yang aku tulis meskipun ringan. Aku tidak akan bercerita tentang ramalan suku Maya atau paranormal tentang kiamat atau apalah. Aku hanya ingin berbagi cerita yang aku anggap seru yang terjadi di kantorku siang tadi.
|
Pelepah pisang sebagai alas makanan |
Ada suatu kebiasaan yang aku anggap cukup unik di kantorku yang telah dilakukan berkali-kali semenjak kantorku ini berdiri. Unik karena aku merasa ritual ini tidak terlalu lazim dilaksanakan di kantor lain. Ritual itu adalah makan bersama di kantor yang dilakukan seluruh pegawai kantor dari mulai kepala kantor sampai ke satpam dan tenaga honor. Kalau hanya kegiatan makan bersama seperti pada umumnya, mungkin tidak ada yang unik yang perlu diceritakan. Tapi kegiatan makan bersama di kantorku ini benar-benar dilakukan bersama dengan cara membentang pelepah daun pisang sepanjang kira-kira tujuh atau delapan meter kemudian seluruh makanan dihampar rapi di atasnya. Kami juga tidak menggunakan kursi untuk duduk. Kami semua berdiri berhadap-hadapan dan makan menggunakan tangan, bukan berarti biasanya kami makan dengan kaki, maksudku, kami tidak menggunakan sendok dan garpu.
Kebiasaan ini tidak memiliki agenda rutin, jadi kapanpun kami mau, kami tinggal patungan. Besarnya jumlah patungan tidak ditentukan alias sukarela, dan jika tidak patunganpun tetap boleh ikut patungan menghabiskan makanan yang ada. Di hari sebelumnya, ibu-ibu di kantor telah sibuk kasak-kusuk menentukan siapa harus memasak apa atau siapa harus membawa apa. Makanan yang disediakan sederhana tapi bermacam-macam. Mulai dari nasi putih, ikan asin goreng, tahu dan tempe goreng, tumis bunga pucuk pepaya, tumis pare, beberapa jenis sambal, kerupuk, dan jengkol disambal dengan cabai hijau, Yang diketik belakangan salah satu kegemaran orang kantor, aku salah satunya.
Setelah semua makanan dihidang di atas pelepah pisang, kami berjejer rapi saling berhadapan di depan meja. Salah seorang teman memimpin doa. Mungkin doa kami tidak khusuk lagi karena kami berdoa sambil menunduk menghadap makanan yang sudah menunggu untuk kami serbu bahkan beberapa teman berdoa sambil mengunyah ikan asin atau tahu. Doa selesai dipanjatkan, pembantaianpun dimulai. Banyak hal yang menggelikan terjadi. Aku
biasanya mencari posisi strategis di samping teman yang bertubuh kurus dengan harapan porsi makannya tidak banyak. Tapi aku salah besar karena ternyata teman yang kurus ini makannya lebih banyak dari pada aku. Ada juga seorang ibu yang kegirangan ketemu sambal enak tidak pedas akhirnya mengandaskan sambal itu sendirian. Ada teman yang malang karena berdiri di samping pemegang gelar pemakan sejati, sehingga dia harus bergerilya pindah ke tempat lain karena masih lapar. Ada yang mencintai jengkol, jadi sebelum makan dimulai, dia sudah berdiri persis di depan gundukan sambal jengkol yang paling tinggi. Dalam waktu kurang lebih setengah jam, biasanya hampir semua makanan ludes disikat.
Manis-manis ya, tapi anda tidak melihat ketika mereka makan.
|
|
Mungkin tidak ada yang terlalu istimewa dengan ritual makan sederhana ala perang ini. Tapi yang jelas bagiku, kegiatan ini memberiku kesempatan untuk bisa merasakan keakraban dan kebersamaan dengan teman-teman di kantor. Tidak ada yang merasa malu atau gengsi berebut makanan yang sama di tempat yang sama. Bagiku itu adalah sebuah pembelajaran yang sangat mahal yang diraih dari sesuatu yang sangat sederhana.
Pejuang terakhir
|
Pertama-tama yang ingin saya sampaikan, ada satu kata yang salah ketik :D, yang mana itu cari sendiri di atas :p, satu lagi, ternyata ramalan kemaren adalah hari kiamat tidak terbukti :D, satu yang terakhir (jadi totalnya 3 ^_^), mengutip syair lagunya pak Capres kita: "begadang jangan begadang, kalau tiada artinya", tapi jika alasannya agar postingan tertanggal cantik, mungkin bisa diterima :D
ReplyDeleteBagi saya, tempe goreng, ikan asin, sambel, dan kerupuk sudah sangat luar biasa, jengkolnya silahkan abang ambil :p, dan ternyata, abang makan di sebelah Dadik (dan menghindar makan di sebelah Buya ^_^) supaya ga rebutan jengkol yak? atau "si kurus" yang dimaksud adalah aku, karena makanku tak kunjung usai? huh!
Akhir kata (mukadimah dan penutupnya panjang, isi minim ^_^) ribuan terima kasih disampaikan kepada ibu Ketua Panitia Makan Busamo KBPJ: ibu Maryani, S.Pd., yang mau bersusah payah belanja ke pasar Keluarga bersama koleganya ibu Gustia Mira, S.Pd., di bawah koordinasi beliaulah maka acara makan2 ini menjadi begitu nikmat dan berkesan *mulai deh lebay* :D
Sampai bertemu pada Acara Makan Busamo selanjutnya, MERDEKA!!!
nb: maaf, kami yang manis2 ini tidak rela dicompare sama jengkol, huhuuuu...
*Pipit_Hz*
Hahaha, sebenarnya mau nyicip sambal tapi belom sempat bergerak sudah lenyap hehe. Terimakasih untuk ibu-ibu yang berperanserta menyiapkan semuanya :-)
ReplyDeletepantesan di kantor bahassa pepaya dan singkong tumbuh tidak berdaun lagi
ReplyDeleteHehe, belom sempat menua daunnya sdh dimanfaatkan :-)
ReplyDeleteKok bisa pas 121212 pula ya,bg? judulnya ini selamatan atas dipendingnya kiamat deh kayaknya. hehe....!
ReplyDeleteHahaha, sengaja disesuain sebenarnya :-)
ReplyDelete