Translate

15 December, 2012

Mimpi-Mimpi Ketenu 3

Kali ini Ketenu menjadi buah bibir. Hampir semua orang di Kelurahan Rajawali mengenal harumnya nama Ketenu yang menjadi pahlawan. Bahkan beberapa koran lokal mencari Ketenu ke rumah tempat Ketenu bekerja sebagai pembantu rumahtangga. Memang mereka tidak berhasil bertemu dan mewawancarai Ketenu karena dia kabur ketakutan dan bersembunyi di kolong tempat tidur yang hanya bisa menyembunyikan sebelah kakinya saja. Namun mereka tetap menerbitkan berita tentang Ketenu berdasarkan informasi dari warga yang tinggal di sekitar rumah tempat Ketenu bekerja. Tapi karena mereka tidak berhasil memotret Ketenu, akhirnya mereka memasang foto Xena dari serial Xena the Warrior Princess, dengan judul besar, "Ketenu, Pahlawan Kelurahan Rajawali". Apa yang telah dilakukan oleh Ketenu sehingga dia menjadi buah bibir?

Cerita dimulai pada satu hari minggu. Seperti biasa Ketenu melakukan kewajibannya sehari-hari di rumah majikannya. Hari menunjukkan pukul 10 pagi, Ketenu baru saja bangun dari tidur panjangnya. Memang walaupun Ketenu bekerja sebagai pembantu rumahtangga, dia jarang bangun pagi seperti kebanyakan pembantu rumahtangga lain. Majikannya sudah sangat maklum dengan hal itu. Percuma saja membangunkan Ketenu di saat dia tidur. Pernah suatu ketika Ketenu yang menurut anak majikannya selalu tidur gelisah berguling kesana-sini ditemukan tidur bergelimang sepatu di samping rak sepatu yang sudah dalam keadaan terbalik yang terletak di depan pintu kamarnya. 

Seperti biasa setelah bangun Ketenu langsung mandi dan berganti kostum lengkap dengan celemeknya yang bermotif angry bird bersiap melakukan rutinitasnya membersihkan rumah majikannya yang seukuran lapangan sepak bola dikali dua. Dikali dua karena rumah tersebut terdiri dari dua tingkat. Kegiatan Ketenu dimulai dengan membuka semua jendela dan menyingkap semua tirai jendela agar udara pagi yang masih belum tercemar masuk ke dalam rumah. Kebetulan hari itu seluruh anggota keluarga majikan Ketenu pergi pagi-pagi sekali untuk menghadiri sebuah acara keluarga. Malamnya Ketenu sudah diberi pesan oleh istri majikannya kalau mereka akan pergi pagi-pagi sekali dan mereka akan mengunci pintu rumah dari luar. Setelah menyetel lagu dangdut dari VCD bajakan yang suaranya mengalun keras, Ketenu mulai membuka jendela dan menyapu seluruh ruangan. Sambil sesekali berdendang dan bergoyang dia terus bekerja tak kenal lelah. Badan gemuknya bergerak lincah kesana kemari memainkan sapu mencapai sudut-sudut ruangan yang berliku.

Ketika Ketenu sedang membersihkan kamar majikannya di lantai atas, masuklah seorang pria yang mengendap-endap dari pintu garasi yang ternyata tidak terkunci oleh majikan Ketenu dan keluarganya. Pintu itu memang dalam keadaan rapat tapi tidak terkunci. Sepertinya laki-laki yang masuk ini sudah mengintai rumah itu cukup lama sehingga dia mengetahui kalau rumah itu kosong dan hanya ada Ketenu di dalamnya. Pria itu membuka pintu garasi secara perlahan dan tentu saja tidak didengar oleh Ketenu yang sedang berada di lantai atas ditambah alunan lagu dangdut yang terus mengalun. Pria itu telah berhasil masuk ke dalam garasi dan terus mengendap menuju pintu penghubung garasi dan rumah yang memang tidak dikunci. 

Pria itu telah berada di belakang mobil majikan Ketenu yang terparkir persis di dekat pintu penghubung. Ketenu yang sedang melongokkan wajahnya ke luar kamar majikannya yang berada di atas garasi  untuk membuka jendela tertegun dan bengong sesaat. "Siapa orang ini?" gumamnya dalam hati. Meskipun lugu dan lucu, Ketenu mampu berpikir cepat dan sadar bahwa pria yang mengendap-endap itu pasti mempunyai niat tidak baik, "Kalau tujuannya bertamu, mengapa harus mengendap-endap?" Ketenu melanjutkan gumamannya. Perlahan-lahan Ketenu menuju tangga turun ke lantai bawah sambil memegang erat-erat sapu di genggamannya yang tiba-tiba mengeras sekeras batu. Ketenu bersembunyi persis di balik tirai jendela yang berada di samping pintu penghubung garasi dan rumah. Ketenu memegang erat sapu senjata andalannya sambil mencoba menenangkan jantungnya yang berdegup lebih kencang seperti biasanya. Dia sempat khawatir pria yang berada sekitar dua meter darinya di balik pintu dapat mendengar degupan jantungnya. Pria itupun menjulurkan kepalanya ke dalam rumah dan ketika pria itu memalingkan mukanya ke arah Ketenu, secepat kilat Ketenu mengayunkan batang sapu yang dipegangnya sekeras-kerasnya ke arah muka si pria. Pria itu menjerit kesakitan sambil menutupi mukanya dan belum cukup sampai di situ, Ketenu yang telah melepaskan sapunya, mengayunkan tinju besarnya ke arah muka si pria yang masih menutupi mukanya menahan sakit dihantam sapu Ketenu. Kali ini pria itu tidak sanggup menahan kerasnya bogem Ketenu dan diapun jatuh ke lantai. Ketenu sadar bahaya masih mengintainya jika pria itu masih sanggup berdiri dan balik menyerangnya. Tanpa pikir panjang, Ketenu menghempaskan tubuhnya yang memang sangat berat ke atas tubuh pria itu. Ketenu beberapa kali sempat melihat anak majikannya menonton acara Smack Down di televisi jadi sedikit banyak dia tahu bagaimana cara yang tepat untuk melumpuhkan pria itu. Pria itu hanya bisa mengeluarkan suara lenguhan pendek dan Ketenu langsung menutup aksinya dengan mengikat kaki dan tangan pria itu dengan celemeknya di tambah taplak meja yang ada di ruangan itu.

Setelah yakin pria itu tidak bisa lagi bergerak karena terikat dan hampir pingsan, Ketenupun berlari keluar rumah sambil berteriak minta tolong kepada tetangga terdekat.  Selang beberapa menit kemudian, rumah majikan Ketenu telah dipenuhi oleh warga setempat dan beberapa orang polisi yang telah dihubungi oleh Ketua RT. Ketenu sempat kesal karena polisi-polisi itu bertanya kepadanya berulang-ulang bagaimana caranya dia melumpuhkan pria itu. Mungkin polisi-polisi itu tidak percaya Ketenu bisa melumpuhkan si pria dengan aksi-aksi heroiknya. "Kalau bapak mau, saya bisa praktekkan apa yang saya lakukan tadi kepada bapak," kata Ketenu dengan kesal. "Oh tidak perlu Mbak, cukup cukup, kami sudah paham sekarang," jawab si polisi dengan nada sedikit memohon. Si polisi tidak mau mengambil resiko tentu saja. Sejak saat itulah nama Ketenu ngetop di kelurahan bahkan di kota tempat dia tinggal. Dari mulai anak-anak, ibu-ibu, dan bapak-bapak tidak henti-hentinya membincangkan aksi heroik Ketenu. Hebatnya lagi, Ketenu sempat diundang oleh pihak kepolisian untuk mendemonstrasikan aksinya melumpuhkan pria malang yang masuk ke rumah majikannya itu di hadapan calon-calon polisi yang sedang menempuh pendidikan yang tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Ketenu.(LT)

 


No comments:

Post a Comment